Friday, July 8, 2016

Ranitidine 30






+

Ranitidine ranitidine merupakan salah satu obat yang cukup dikenal dikalangan masyarakat umum, yang disebabkan pemanfaatan obat ini yang cukup Tinggi. Dokter umum dan spesialis penyakit dalam umumnya akan Sering meresepkan obat ini. Secara Umum, masyarakat mengenal ranitidine untuk indikasi ulkus duodénum, ​​ulkus Lambung. dan kondisi hipersekresi gastro-intestinal (GI) patologikal. Penyakit-penyakit yang mengindikasi penggunaan ranitidine ini prevalensinya cukup Tinggi dimasyarakat, sehingga WAJAR jika penggunaan ranitidine juga cukup Tinggi jumlahnya. Dalam peresepannya, dokter dapat meresepkan ranitidine ini baik sebagai terapi utama maupun terapi pendukung. Tulisan ini akan sedikit mengulas semua hal yang berhubungan dengan ranitidine. bermanfaat Semoga. NAMA, STRUKTUR KIMIA DAN ranitidine memiliki Description De rumus molekul C 13 H 22 N 4 O 3 S dengan bobot molekul 314,4 g / mol. reseptor l'histamine de ranitidine adalah salah satu senyawa yang H2 yang menghambat sekresi asam Lambung. Selain digunakan dalam terapi penyakit ulkus peptikum dan refluks de gastro, ranitidine juga dapat digunakan sebagai antihistamin pada berbagai kondisi alergi pada kulit. Rumus Struktur ranitidine Struktur 3 Dimensi ranitidine ranitidine memiliki nama ilmiah NN-diméthyl-5-2- (1-méthylamino-2-nitrovinylamino) ethylthiomethylfurfurylamine. Ranitidine yang tersedia umumnya adalah ranitidine hidroklorida. Ranitidine merupakan serbuk Kristalin berwarna putih hingga kuning pucat, Praktis tidak berbau, Mudah Larut dalam air, agak sukar Larut dalam alkohol. Larutan 1 ranitidine air dalam mempunyai pH 4,5-6,0. Setiap 168 mg ranitidine hidroklorida Setara dengan 150 mg base ranitidine. KEGUNAAN ranitidine diunakan Secara orale dalam terapi ulkus duodénum dan ulkus Lambung yang aktif, gasthroesophageal reflux desease (RGO), esofagitis érosif dengan Endoskopi, dan sebagai terapi pemeliharaan pada ulkus duodénum dan ulkus Lambung. Ranitidine orale juga digunakan dalam manajemen kondisi hipersekresi gastro-intestinal (GI) patologis dan sebagai terapi pemeliharaan untuk mencegah kambuhnya esofagitis érosif. Ranitidine juga dapat digunakan Secara parentérale pada Pasien Rawat inap dengan kondisi hipersekresi patologis pada Saluran GI, atau sebagai terapi jangka pendek jika terapi orale memberikan de Belum respon yang optimale. Ulkus duodénum Terapi Ulkus duodénum Akut ranitidine orale digunakan dalam terapi jangka pendek pada ulkus duodénum aktif yang dikonfirmasi dengan Endoskopi atau radiografi. Ranitidine pada digunakan parentérale Pasien Dewasa dengan diagnosa ulkus duodénum parah yang Sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau pada terapi jangka pendek jika terapi orale memadai de tidak. Ranitidine intravena juga digunakan pada Pasien anak-anak (lebih dari bulan) dengan diagnosa ulkus duodénum. Antasida dapat digunakan bersamaan dengan terapi ini untuk menghilangkan rasa nyeri ulkus duodénum. Kombinasi antasida dan ranitidine ini terbukti Mampu mengurangi kesakitan pada Pasien. Khasiat dan Keamanan ranitidine untuk terapi jangka panjang ulkus duodénum Belum diketahui. Keamanan dan khasiat ranitidine ini baru diketahui untuk penggunaan Selama 8 minggu. Dan masalahnya bahwa pengobatan jangka pendek ulkus duodénum aktif (hingga 8 minggu) ini tidak mencegah kekambuhannya. Terapi Pemeliharaan Ulkus duodénum ranitidine digunakan dalam dosis Rendah untuk terapi pemeliharaan setelah proses penyembuhan ulkus duodénum untuk mencegah kekambuhan. Dalam studi terkontrol angka kekambuhan ulkus duodénum setelah 4, 8 dan 12 bulan Masing-Masing adalah 21-24, 28-35, 59-68 dan untuk plasebo Kelompok, dan angka kekambuhan pada Kelompok yang diterapi dengan ranitidine 1 150 mg sebelum tidur sehari kali adalah 12-20, 21-24 dan 28-35 Masing-Masing. Dalam studi tersebut juga diketahui bahwa efektivitas ranitidine dalam mencegah kekambuhan ulkus duodénum menurun pada Kelompok Pasien dengan kebiasaan merokok. Kondisi Hipersekresi GI Patologis ranitidine orale maupun intravena juga digunakan pada kondisi hipersekresi GI patologis (misal pada Pasien Syndrome Ellison Zolinger (ZES), mastositosis sistemik, hipersekresi pasca reseksi usus. Ranitidine mengurangi sekresi asam Lambung yang berkaitan dengan gejala Diare, anoreksia mempercepat dan nyeri dan ulkus penyembuhan. Infus intravena ranitidine kontinue hingga 15 hari pada Pasien ZES menghasilkan efek pengendalian asam Lambung hingga 10 mEq / jam atau lebih Rendah. Antasida dapat digunakan bersama untuk mengatassi rasa nyeri. Antimuskarinik Seperti propanthelin bromida dan iodida isopropamide juga dapat digunakan bersama guna memperpanjang masa ranitidine kerja. Pada Pasien hipersekresi GI patologis, ranitidine terbukti Mampu menyembuhkan ulkus pada 42 Pasien yang tidak merespon terapi simetidin. Pasien dengan ZES yang Gagal dengan terapi simetidin berhasil diobati dengan ranitidine 600-900 mg perhari Selama 1-12 bulan. ranitidine IV juga berhasil mengobati hipersekresi pasca Operasi pada Pasien yang tampaknya resisten terhadap simetidin. Ulkus Lambung Terapi Ulkus Lambung Akut ranitidine orale digunakan dalam terapi ulkus Lambung jinak. Antasida dapat digunakan bersama untuk menghilangkan nyeri. Efektivitas ranitidine dalam hal ini hampir sama dengan simetidin. Ranitidine menyembuhkan ulkus Lambung pada 60-70 Pasien setelah terapi Selama 4 minggu, 70-80 setelah 6 minggu terapi. Kini epidemiologi dan bukti klinis mendukung bahwa infeksi Lambung oleh bakteri Helicobacter pylori (HP) berhubungan dengan pathogenèse ulkus Lambung. Sehingga dalam kondisi ini direkomendasikan penggunaan antibakteri untuk eradikasi bakterinya. Terapi Pemeliharaan ranitidine dosis Rendah digunakan dalam terapi pemeliharaan dan mencegah kekambuhan ulkus Lambung. Terapi pemeliharaan ranitidine 150 mg sebelum tidur terbukti efektif mencegah kekambuhan ulkus Lambung. Gastroeshophageal Reflux Desease (RGO) Dalam Terapi RGO dosis yang Umum pada Dewasa adalah 2x150 mg perhari. Sedangkan dosis terapi RGO pada anak-anak (1 bulan sampai 16 tahun) adalah 5-10 mg / kg BB perhari dalam dosis terbagi 2. Gejala RGO Sering dalam Muncul Waktu 24 jam setelah dumulainya terapi dengan ranitidine ini. Durasi pengobatan optimale RGO dengan ranitidine Belum diketahui. Esofagitis érosif Dosis lazim untuk terapi esofagitis érosif yang terdiagnosa dengan Endoskopi pada Pasien Dewasa adalah 4x150 mg perhari. Sedangkan pada Pasien anak 1 bulan sampai 16 tahun dosis yang direkomendasikan adalah 5-10 mg / kg BB perhari dalam dosis terbagi 2. Sedangkan dalam fase pemeliharaan dosis ranitidine adalah mg perhari 2x150. Swamedikasi Dalam swamedikasi ranitidine digunakan untuk mengatasi atau mencegah gejala mulas, Perih akibat gangguan keseimbangan asam Lambung pada Orang Dewasa atau anak diatas 12 tahun, dosis yang dianjurkan adalah 75-150 mg 1-2 kali sehari. Untuk pencegahan mulas akibat konsumsi makanan yang dapat menyebabkan mulas maka ranitidine sebaiknya diminum 30-60 menit sebelum mengkonsumsi makanan atau Minuman yang dapat menyebabkan mulas. Untuk keperluan swamedikasi, ranitidine sebaiknya digunakan tidak lebih dari 2 dosis perhari dan tidak lebih dari 2 minggu. Penggunaan ranitidine Harus Segera dihentikan jika gejala tidak membaik atau bahkan Semakin parah. DOSIS PARENTÉRALE Dosis Dewasa Dosis intravena intermiten atau intramuskular pada Dewasa adalah 50 mg setiap 6-8 confiture. Jika perlu dosis dapat dapat ditingkatkan dengan meningkatkan frekuensi pemberian, namun tidak boleh melebihi 400 perhari mg. Jika ranitidine diberikan dengan Infus intravena Lambat maka kecepatannya 6,25 mg / jam Selama 24 jam. Sedangkan Infus kontinue Lambat bagi Pasien ZES atau hipersekresi GI patologis umumnya Infus dimulai dengan kecepatan 1 mg / kg BB perjam, dan jika setelah 4 jam Infus, Pasien masih menunjukan gejala hipersekresi GI, maka dosis Harus dititrasi ke atas dengan penambahan sebesar 0,5 mg / Kg BB perjam, dengan konsentrasi asam Lambung Harus terus dipantau. Dosis maksimum hingga 2,5 mg / kg BB perjam dan Tingkat Infus 220 mg / confiture. Dosis Pediatrik Dosis pada anak usia 1 bulan hingga 16 tahun, untuk pengobatan ulkus duodénum aktif adalah 2-4 mg / Kg perhari dalam dosis terbagi setiap 6-8 confiture. Sedangkan penggunaannya pada Pasien neonatus (kurang dari 1 bulan) dosis 2 mg / Kg BB intravena setiap 12-24 jam sebagai Infus intravena kontinue. DOSIS PADA Pasien dengan PENURUNAN Fungsi Ginjal Pada Pasien dengan klirens créatinine kurang dari 50 mL / menit maka dosis ranitidine yang direkomendasikan adalah 150 24 jam perorale setiap mg, 18-24 jam untuk parentérale pemberian de 50 mg. PERHATIAN ranitidine dapat menimbulkan efek-efek yang kurang menyenangkan diantaranya: Efek pada sistem syaraf Pusat dapat berupa: sakit kepala, rasa tidak enak badan (malaise), Pusing, mengantuk, insomnie, vertiges, kebingungan mentale, agitasi, depresi mentale dan Halusinasi terutama pada Pasien lemah geriatri. Penggunaan ranitidine dosis Tinggi dan dalam jangka panjang pada anak-anak (8 mg / kg BB perhari Selama 10 bulan) dapat menyebabkan perubahan pada pola kesadaran, disartria, hiporefleksia, mengantuk, gejala Babinski, diaforesis, dan bradikardia yang mana gejala-gejala tersebut akan menghilang dengan sendirinya setelah penggunaan ranitidine dihentikan dalam 24 jam. Efek pada GI: konstipasi, Mual, muntah, nyeri dan ketidaknyamanan pada perut, dan pada sebagian kecil Pasien dapat mengalami pankreatitis. Reaksi dan dermatologi: ruam, urtikaria, prurits, dan urtikaria ditempat penyuntikan. Reaksi hipersensitivitas Seperti bronkospasme, demam, ruam, eosinofilia Jarang terjadi. Anafilaksis yang ditandai dengan urtikaria berat dan penurunan tekanan darah dalam satu kali pemberian dosis tunggal dapat terjadi namun Jarang. Eksaserbasi astma dan angiodema juga dapat terjadi. Efek pada hématologie: dapat terjadi leucopénie, agranulositopenia, trombositopenia, anémie aplastik dan pansitopenia yang disertai hypoplasie sumsum tulang belakang namun Jarang. Efek pada Ginjal dan Saluran kemih: Peningkatan tanpa créatinine sérique disertai Peningkatan BUN dapat terjadi namun Jarang. Penurunan libido juga pernah terjadi pada propria yang diterapi dengan ranitidine. Efek pada hati: dapat terjadi Peningkatan konsentrasi sérum aminotransférase (AST, SGOT, SGPT, ALT), Alcaline fosfatase sérum, LDH, bilirubine totale, gama-glutamiltranspeptidase. Beberapa Kasus juga diketahui bah wa terapi ranitidine dapat menyebabkan hépatite baik hepatoseluler atau pun hepatokanalikuler dan kolestasis yang umumnya bersifat reversibel. Efek pada penglihatan: dapat terjadi kekaburan penglihatan yang bersifat reversibel, eksaserbasi nyeri mata dan kaburnya penglihatan yang berhubungan dengan Peningkatan tekanan intraokuler dan glaukoma Kronis, dan buta warna. Efek pada endokrin: Belum ada efek yang diketahui Secara pasti sehubungan penggunaan ranitidine pada sistem endokrin. Namun Telah diketahui adanya Pasien propria yang mengalami impotensi seksual akibat penggunaan ranitidine yang Segera sembuh Seiring penghentian penggunaan obat, dan impotensi berulang saat penggunaan obat diulang. Nyeri ginekomastia Juga propria dapat terjadi de pada. Efek pada sistem kardiovaskuler: Aritmia Jantung Jarang terjadi, bradikardia yang berhubungan dengan dispnea dapat terjadi. Efek pada sistem pernafasan: ranitidine dan antagoniste H2 reseptor lainnya berpotensi meningkatkan resiko infeksi Komunitas pneumonie de pada pneumonie. Efek lain: dapat arthralgie terjadi, myalgie dan porphyrie akut. Penggunaan ranitidine Harus dihindari pada Pasien dengan Riwayat porphyrie. Peringatan DAN KONTRAINDIKASI ranitidine yang digunakan pada Pasien dengan penurunan fungsi Ginjal Harus digunakan dengan hati-hati dan disertai dengan pengurangan dosis, karena ranitidine besar sebagian diekskresikan melalui Ginjal. Demikian pun pada Pasien dengan penurunan fungsi hati, karena ranitidine dimetabolisme melalui hati. Penggunaan ranitidine juga Harus dihindari pada Pasien dengan Riwayat porphyrie. Ranitidine tidak boleh digunakan untuk swamedikasi jika Pasien mengalami kesulitan menelan dan tidak boleh digunakan dalam Kombinasi dengan obat penekan sekresi asam Lambung lainnya. Pasien dengan gejala mulas yang menetap lebih dari 3 bulan tidak boleh menggunakan ranitidine untuk swamedikasi. Ranitidine juga tidak boleh digunakan untuk swamedikasi pada Pasien dengan keluhan nyeri dada dan atau bahu, nafas de sesak, dan rasa nyeri yang menyebar. Kondisi-kondisi berikut dalam penggunaan ranitidine Harus disertai dengan Peringatan dan kewaspadaan: Pada Pasien pediatrik penggunaan ranitidine orale pediatrik maupun parentérale pada (1 bulan sampai 16 tahun) untuk indikasi ulkus duodénum dan Lambung aktif, RGO dan esofagitis érosif Telah diketahui khasiat dan keamanannya. Namun penggunaan ranitidine ataupun orale parentérale untuk kondisi hipersekresi GI patologis dan untuk terapi pemeliharaan dan pencegahan kekambuhan esofagitis érosif pada anak-anak Belum diketahui, demikian juga penggunaannya pada neonatus, sehingga penggunaan pada kondisi tersebut Harus dengan kewaspadaan Penuh. Pada Pasien geriatrik pada Pasien geriatrik (berusia lebih dari 65 tahun keatas) kemungkinan resiko hipersensitivitasnya meningkat akan, disamping itu kemungkinan adanya penurunan fungsi Ginjal pada Pasien geriatrik akan berpotensi meningkatkan resiko toksisitas. Mutagenisitas dan karsinogenisitas TIDAK ada Bukti pengaruh ranitidine terhadap efek mutagenisitas dan karsinogenisitas pada Manusia Pada kehamilan hingga dosis 160 kali Dosis BIASA orale, ranitidine Belum menunjukan adanya Bahaya pada foetus Pada kesuburan / FERTILITAS TIDAK ada Bukti yang menunjukan pengaruh ranitidine pada FERTILITAS Pada Laktasi (menyusui de Wanita ) ranitidine terdistribusi ke dalam susu, sehingga penggunaan ranitidine pada wanita menyusui Harus sangat berhati-hati. Ranitidine dikontraindikasikan pada Pasien dengan hipersensitif terhadap ranitidine atau komponen lain dalam formule sediaan obat. Ranitidine dapat berinteraksi dengan makanan, obat lain de klinis de paramètres maupun. Makanan dan Antasida. Konsumsi bersama makanan atau antasida dengan ranitidine dapat menyebabkan penurunan absorpsi ranitidine hingga 33 dan konsentrasi puncak dalam sérum menurun hingga 613-432 ng / m L. Propantelin bromida. Propantelin bromida menghambat penyerapan dan meningkatkan konsentrasi puncak ranitidine sérique, melalui penghambatan pengosongan Lambung le Mécanisme dan perpanjangan waktu transit. Bioavalabilitas ranitidine meningkat 23 jika digunakan bersama propantelin bromida. Merokok. Kebiasaan merokok menghambat penyembuhan ulkus duodénum dan mengurangi khasiat ranitidine. Perbandingan kesembuhan ulkus duodénum pada perokok dan bukan perokok dengan terapi ranitidine adalah 62 dan 100. Efek ranitidine pada hati. Ranitidine berinteraksi dengan sistem Enzim sitokrom P450 dihati. Ranitidine hanya sedikit menghambat metabolisme hepatik beberapa obat Seperti kumarin, antikoagulan, teofilin, diazepam dan propranolol. ligand-kompleks de membentuk ranitidine dengan Enzim sitokrom P450 sehingga menghambat aktivitas Enzim tersebut. bersama Penggunaan ranitidine dan warfarine dapat menurunkan atau meningkatkan waktu protrombin (PT). Pada dosis ranitidine hingga 400 mg perhari, penggunaan bersamanya dengan warfarine relatif tidak berpengaruh terhadap bersihan warfarine dan atau PT. Namun penggunaan ranitidine lebih dari 400 mg perhari bersama dengan warfarine Belum diketahui pengaruhnya. Sedangkan penggunaan bersama ranitidine mg 2x200 dan warfarine 2,5-4,5 mg Telah terbukti memperpanjang PT Secara signifikan. bersama Pengunaan ranitidine dan teofilin menyebabkan penurunan bersihan teofilin plasma. Pengunaan bersama ranitidine dan diazépam maupun lorazépam relatif tidak saling berinteraksi. Penggunaan bersama 100 mg de métoprolol dan ranitin menyebabkan AUC métoprolol meingkat hingga 80 dan sérum konsentrasi rata rata puncak meningkat hingga 50, dan waktu paruh eliminasi métoprolol meningkat hingga 4,4-6,5 confiture. Alkohol. bersama Penggunaan alkohol dan ranitidine menyebabkan Peningkatan konsentrasi alkohol sérum. Nifédipine. Penggunaan ranitidine bersama nifédipine dapat menyebabkan Peningkatan AUC nifédipine hingga 30. La vitamine B12. Penggunaan ranitidine dapat mengakibatkan defisiensi vitamine B12 karena malabsorpsi vitamine B12. Ranitidine dapat terjadi overdose pada konsumsi ranitidine hingga 18 gram perorale yang dapat mengakibatkan terjadinya kelainan cara jalan dan hipotensi. Pengobatan ranitidine dapat dilakukan overdose dengan cara mengeluarkan ranitidine tak terserap dalam Saluran cerna, pemantauan klinis, dan terapi suportif. Hemodiálisis dapat dilakukan bila perlu. Efek farmakologi ranitidine dapat terjadi melalui beberapa le Mécanisme. Efek GI pada. Ranitidine menghambat kompetitif reseptor histamine H2 pada sel pariétale menurunkan sekresi asam Lambung pada kondisi basale maupun terstimulasi makanan, insuline, asam amino, histamine maupun pentagastrine. Efek pada gonades dan endokrin. Ranitidine memberikan sedikit pengaruh pada konsenrasi prolaktin sérum. Peningkatan kadar prolaktin sérum akan terjadi pada pemberian ranitidine 200 atau 300 mg IV. Efek lain. Ranitidine dan simetidin dapat aliran menurunkan darah hati. Ranitidine tidak menghambat metabolisme antipirin dihati. Ranitidine meningkatkan reduksi nitrat oleh GI normale flore. Absorpsi. Ranitidine diabsorpsi dengan baik dari Saluran cerna maupun pada pemberian Secara intramuskular. Bioavailabilitas absolut ranitidine pada pemberian Secara adalah orale Sekitar 50, demikian pula pada anak-anak. Sedangkan pada geriatrik bioavailabilitasnya rata rata 48. Distribusi. 10-19 berikatan sérum de protéine dengan de ranitidine terdistribusi Secara luas pada Cairan Tubuh dan. distribusi Volume ranitidine rata rata 1,7 L / Kg dengan Kisaran 1,2-1,9 L / Kg. Sedangkan volumes distribusi pada anak Sekitar 2,3-2,5 L / Kg dengan Kisaran 1,1-3,7 L / Kg. Pada pemberian Secara orale ranitidine juga terdistribusi ke CSF. Ranitidine juga terdistribusi ke susu. Eliminasi. Waktu paruh eliminasi rata rata pada Orang Dewasa adalah 1,7-3,2 confiture, dan dapat berkorelasi positif dengan usia. Waktu paruh eliminasi akan meningkat pada Pasien dengan gangguan fungsi Ginjal. Pada Pasien Lanjut usia waktu paruh eliminasi umumnya meningkat Seiring berkurangnya fungsi Ginjal. Ranitidine sebagian diekskresikan dalam urin melalui filtrasi glomérulaire dan sekresi tubulaire besar. Metabolisme. Ranitidine dimetabolisme dihati menjadi ranitidine N-oksida, desmetil ranitidine, dan ranitidine S-oksida. Pada pemberian orale, ranitidine juga mengalami metabolisme Lintas Pertama dihati. Pada Pasien dengan sirosis Hati, sérum konsentrasi akan meningkat akibat rendahnya Métabolisme Lintas Pertama dihati dan bioavailabilitasnya rata rata 70. Tersedia Dalam produk generiknya berupa sediaan: Kapsul 75, 150 dan 300 mg Comprimé 150 dan 300 mg




No comments:

Post a Comment